Senin, 20 Desember 2010

MANAGEMENT TIKET AFF KACAU, SLEMANIA TAK BISA MASUK STADION

JAKARTA - Keberhasilan Timnas Indonesia melaju ke babak final  di ajang AFF Suzuki Cup, tidak dibarengi dengan sukses penyelenggaraan. Hal tersebut tampak banyak kekurangan disana-sini termasuk didalamnya adalah management ticketing. Pengelolaan penjualan tiket adalah salah satu unsur penting yang harus dicermati dan ditangani secara serius. Karena satu kesalahan kecil dalam bidang ini akan berpengaruh terhadap jalannya penyelenggaraan pertandingan.

Indonesia sebagai tuan rumah dianggap tak mampu menampung aspirasi para pecinta sepakbola negeri ini. Para jajaran pengurus PSSI yang notabene adalah sebagai LOC-nya di Indonesia tak mampu membaca situasi. Dari lima partai pertandingan yang dilakoni tim Indonesia di Gelora Bung Karno tak sepenuhnya dinikmati oleh para pecinta bola ditanah air ini. Tiket untuk kelompok-kelompok supporter yang oleh PSSI diserahkan kepada pihak The Jakmania tidak tertampung. Dari grafik jumlah penonton jelas-jelas mengalami peningkatan, pun demikian dengan supporter yang dateng dari daerah.

Slemania yang pada partai Indonesia vs Malaysia meminta jatah tiket sebanyak 200 lembar, waktu itu masih cukup dan masih ada sisa. Saat Indonesia vs Laos, Slemania Batavia hanya meminta jatah tiket 50 lembar karena Slemania yang datang dari daerah hanya sekitar 10 orang. Pada saat partai terakhir penyisihan grup saat Indonesia berhadapan dengan Thailand, Slemania Batavia kembali minta jatah tiket 200 lembar, namun yang didapat hanya 100 lembar sehingga untuk menutupi kekurangan sekitar 20-an tiket harus beli dan antri di loket.

Pada laga semifinal leg 1 berhadapan dengan tim Philipina, jumlah yang didapat hanya 50 lembar tiket kategori 3 dan 20 lembar kategori 2 ditambah 25 lembar tiket yang didapat dari Joglosemar. Pada pertandingan semifinal ini jatah tiket untuk supporter dari daerah sangat sangat kurang, seperti misalnya teman dari Semarang, Solo dan Bantul. Untuk Sleman masih bisa teratasi karena dapet tiket dari dua sumber.

Namun menjelang partai semifinal leg 2, yaitu hari Sabtu 918/12/2010) gejala kacaunya management tiket mulai tampak. Hal tersebut terbukti bahwa pada hari itu pihak panitia tidak menjual tiket. Setelah ditemui, Ketua LOC Djoko Driyono dan Eddy Pras menyampaikan, " Hari ini tidak ada penjualan tiket. Hal tersebut diputuskan pada saat rapat panitia LOC Jum'at malam, karena setelah dikalkulasi jumlah tiket yang masih ada dan belum terpesan tinggal 6.000 lembar tiket. Dan kami tadi memberikan kupon bagi para penonton yang hari ini telah mengantri. Satu kupon bisa maksimal untuk membeli 5 lembar tiket."
Ketika ditanya berapa lembar kupon yang dibagikan, Djoko Driyono mengungkapkan bahwa jumlah kupon yang dibagikan adalah 3.000 lembar. Secara hitungan matematika, jumlah tersebut bila dikalkulasi maka terjadi overquota.

Kejadian tersebut akhirnya berdampak terhadap jumlah tiket yang diberikan ke supporter melalui The Jakmania. Sampai dengan pukul 12.00 WIB kemarin, pihak The Jak belum mendapatkan jumlah pasti tiket yang didapat. Baru setelah pukul 16.00 kabar yang ditunggu akhirnya datang. Tapi yang didapat tidak mengenakan seluruh supporter dari daerah. The Jakmania hanya mendapat 2000 lembar tiket. Jumlah itu harus dibagi untuk korwil-korwil The Jak, dan sisanya sebanyak 300 lembar tiket harus dibagi ke beberapa kelompok supporter lainnya.

Pimpinan The Jak yaitu Bang Larico, menyampaikan langsung ke perwakilan Slemania dan juga supporter lain bahwa tiket yang didapatkan tidak mencukupi. Jadi The Jak hanya bisa pasrah. Slemania Batavia yang selama ini mendapat tiket dari The Jak pun harus kecewa. Padahal saat leg 2 Indonesia vs Philipina jumlah Slemania yang hadir sekitar 250 orang. (kris)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berita Sebelumnya