Jumat, 08 Februari 2013

Jalan Panjang Menjadi Stadion Internasional Yang Sesungguhnya

Sekitar 5 tahun lalu, di sebuah daerah bernama Maguwoharjo, ban motor saya terjerembab ke dalam kubangan lumpur. Sebuah jebakan yang membuat gas motor saya seperti tumpul tak berguna. Kondisi medan yang licin dan tebal, semakin membuat saya sulit bergerak. Saya seperti sedang berada di sirkuit offroad!


Kejadiannya selepas hujan lebat sore itu, ketika saya baru saja selesai menunaikan ibadah mendukung klub kebanggaan. Sukacita di jiwa seakan berbanding terbalik dengan kedukaan raga yang berjuang keluar dari penderitaan lumpur. Ya, sore itu PSS Sleman baru selesai bertanding dan meraih kemenangan!

Kubangan itu seperti juga di sore yang lain, dimana saya bermandikan derasnya hujan sambil berteriak mendukung tim yang berjibaku di lapangan. Tak hanya saya, tapi juga teman saya dan semua orang yang ada disitu mengalaminya. Terlebih juga mereka yang duduk di tribun berlabel VIP. Sudah begitu bila basah menghinggapi, permasalahan buang air pun cukup pelik, mengingat belum tersedianya toilet yang memadai. Menariknya, apa yang saya alami ini terjadi di sebuah tempat yang bernama Stadion Internasional!


Suasana Stadion Awal Berdiri


Stadion megah itu masih berdiri dengan seronok, tanpa busana dan aksesoris. Berlumurkan semen di setiap sudut luarnya, bersama tanah lapang yang mengitarinya dan awan bebas diatasnya. Sembari dihiasi warna hijau, biru, kuning, dan merah di tribun yang mempercantik bagian dalam. Ditambah medan utama berupa rumput hijau yang indah. Inilah awal sang stadion megah itu menyapa saya, kami, dan kita para penghuni setianya pecinta PSS Sleman.

Demikianlah kondisinya, hingga kemudian kulit aspal mengelilingi bagian luar, dan pakaian ‘biru’ menyelimuti tubuh sang stadion. Kehadirannya kemudian membuat timnas pra piala asia mau berujicoba, dan stadion pun penuh sesak! Sebuah kebanggaan tiada tara saat itu bagi kita semua dan PSS latih tanding dengan timnas, karena mampu menghadirkan tontonan serta atmosfer pertandingan yang berkualitas.

Hari demi hari dilewati, tahun demi tahun dilewati Sang stadion terus beranjak dewasa. Hingga beberapa tahun kemudian menempelah atap megah yang kian menambah cantik dan elegan. Sejak awal stadion internasional ini memang dikenal dengan kualitas lapangannya, dimana disaat hujan deras pun bola tetap mengalir mulus. Kelebihan ini yang lalu memancing klub luar untuk menjadikan stadion ini sebagai homebase.

Waktu terus berlalu, dan sang stadion pun kian nyaman meneduhkan ribuan orang. Namun ada yang kurang dan krusial yang begitu dibutuhkan bagi perjalanannya sebagai stadion Internasional. Kebutuhan itu adalah tentang penerangan, yang sanggup menghadirkan pagelaran di malam hari. Sebuah lampu begitu dirindukan oleh semua penghuninya. Bertahun-tahun isu itu diberitakan sejak dari awal kelahirannya, tapi tak pernah terlihat wujud nyatanya. Dari kegagalan proses lelang, peserta tender yang kurang mumpuni, hingga faktor x berupa meletusnya gunung Merapi.

Badai pasti berlalu. 2 tahun setelah Merapi meletus secercah harapan timbul, dan kehadiran lampu penerangan yang begitu dinantikan pun berhembus kencang kehadirannya. Memang benar kata warga sekitar, abu Merapi itu penuh berkah. Hasilnya di penghujung tahun 2012, pengelola stadion, pemerintah, pemenang tender, dan pihak-pihak terkait berhasil mewujudkan kehadiran lampu penerangan.

Lampu di stadion ini diklaim terangnya sama seperti matahari di siang hari dengan 1200 lux dan colour index mencapi 90%. Spesifikasi lampu tersebut dinyatakan sesuai standar internasional. Lampu-lampu tersebut pun cukup unik karena dipasang di atap, berbeda dengan kebanyakan stadion-stadion di Indonesia. Sebanyak 144 titik lampu terbagi 72 lampu di sisi barat dan sisi timur pun terpasang dengan rapi dan telah diujicoba akhir desember lalu.

Momen yang paling dinanti-nantikan pun akhirnya datang. Sabtu 19 januari kemarin, pertandingan malam akhirnya digelar pertama kali di stadion ini! Bertajuk ujicoba antara PSS Sleman vs Persisko Jambi. Para penghuni setia sang stadion pun memenuhi tribun dan memberikan aksi kreatif yang berbeda di malam hari. Di pertandingan itu turut hadir para teknisi, tujuannya untuk melihat dan mengevaluasi bagaimana kinerja lampu. Selain itu pihak pengelola juga memberikan kesempatan pada pemain sebagai subyek utama untuk memberi masukan tentang kinerja lampu.

Keberhasilan menggelar pertandingan malam ini sebenarnya hanyalah sebuah tataran normal dari stadion bertaraf internasional. Apalagi lampu penerangan sendiri masih butuh perbaikan sana-sini. Sementara bagi sang stadion sendiri masih ada beberapa hal yang perlu ditambah, seperti mixedzone, kursi tribun vip, dll. Lampu penerangan hanyalah bagian dari tujuan utama sang stadion menjadi sportainment centre. Dimana pusat bisnis, hiburan dan olahraga berjalan beriringan. Sang stadion sudah dibekali tempat-tempat untuk menjalani bisnis berikut lahan untuk dikembangkan.

Perjalanan sang stadion menuju sportainment centre berkelas masih panjang. Seperti perjalanan panjang si lampu penerangan yang membuat para penghuni setianya bernyanyi di malam hari sabtu kemarin. Maupun perjalanan panjang sang stadion sendiri yang terus mempercantik diri untuk menjadi kebangaan serta warisan kami serta orang-orang yang mengelilinginya. Jelas menjadi tugas utama kami dan semua pihak terkait untuk menjaganya. Ketika sekarang sudah tidak ada orang yang akan terjebak lumpur seperti saya, atau kehujanan di tribun vip, atau kesulitan untuk buang air, atau tidak bisa nonton sore hari karena bekerja. Sudah layak dan sepantasnya sang stadion yang bernama keren Maguwoharjo International Stadium ini tumbuh menjadi stadion internasional yang sesungguhnya, menjadi kebangaan Indonesia dan menjadi saksi berkembangnya sepakbola negri gila bola ini!

Salam Gibol!

tulisan dari Andika Gesta anggota slemania batavia wilayah Jakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Berita Sebelumnya